Draft

POKOK-POKOK PROGRAM SEKOLAH MINGGU GEREJA TORAJA

            Pada dasarnya Sekolah Minggu  adalah wadah pembinaan strategis yang sifatnya non-formal untuk  menanamkan pola pendidikan kristen (Christian Education) bagi setiap anak agar setiap anak dapat bertumbuh secara rohani. Hal ini penting oleh karena perkembangan gereja dari waktu ke waktu selalu diperhadapkan dengan berbagai kondisi sosial yang terus berubah bahkan cukup signifikan memberi pengaruh bagi  perkembangan dan tumbuh kembang anak. Menyikapi hal seperti itu, tidaklah cukup  bagi gereja sebagai lembaga  jika hanya menempatkan dirinya sebagai penasehat rohani tanpa mempersiapkan siapa yang akan hidup beberapa puluh tahun kedepan untuk melanjutkan kehadiran gereja ditengah-tengah dunia. Oleh karena itu, pembangunan karakter kristiani harus dan harus sejak dini ditanam dan dibangun serta diperkuat terhadap anak sehingga kerinduan gereja  untuk menatap dan  mencapai masa depan yang lebih baik, sudah akan tercermin  mulai dari sekarang.

            Sidang Sekolah Minggu kali ini merupakan wadah pengambilan keputusan yang sifatnya evaluatif dan strategis. Evaluatif  bermakna keterbukaan untuk dilakukan penilaian secara obyektif terhadap capaian pelayanan masa lalu, sementara strategis berdimensi posisi, waktu, dan tindakan, sehingga bermakna mengevaluasi kondisi masa kini, menetapkan kondisi (visi) yang hendak dicapai lima tahun kedepan serta tindakan konkrit untuk mencapai visi yang dimaksud.

Dalam konteks Sekolah Minggu kalaulah dianalogkan dengan tanaman, maka anak-anak adalah benih yang merupakan “tahap awal yang sangat menentukan” kehidupannya dan kemudian kehidupan komunitasnya (keluarga, gereja dan masyarakat) dimasa depan (sekolah minggu = panta’nakan lolo). Untuk dapat menjadi “penentu” pada masanya, mereka seharusnya dibentuk sejak awal menjadi “bibit unggul”, unggul dalam penguasaan IPTEKS (knowledge, skill and ability) tetapi terlebih unggul dalam karakter, karekter yang kristiani, yang berteladan sepenuhnya kepada pola kepelayanan Kristus. Pada hal yang terakhir itulah hendaknya seluruh energi persidangan difokuskan agar dihasilkan produk yang sepenuhnya mengarah pada pembentukan karakter anak, serta terciptanya kondisi organisasi dimana seluruh potensi Gereja Toraja berpartsipasi dan mengambil peran.

            Berangkat dari konteks masa lalu dan konteks kekinian mengenai wajah sekolah minggu, serta impian masa depan, maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian khusus yang harus digumuli untuk menjadi jiwa dari keputusan-keputusan persidangan IX sekolah Minggu antara lain:

 

1.  Penekanan pada visi : “To Be Next Cristian Generation” (Menjadi Generasi Kristen Masa Depan)

          Kerinduan untuk membangun generasi kristen dimasa depan, tidaklah cukup bagi gereja jika hanya  menempatkan dirinya sebagai pemberi semboyan semata, tetapi perlu membangun pondasi yang kuat sejak dini lewat penanaman nilai kristiani sebagai pijakan utama untuk mengantar generasi sekarang menuju ke masa depan yang kristiani, karena untuk menggerakkan gereja masa depan yang berkarakter kristiani dalam sebuah perarakan, maka seyogianya dari sekarang gereja harus mencurahkan perhatiannya kepada anak-anak karena merekalah yang telah hidup hari ini untuk memasuki dunia gereja di waktu yang akan datang. Pendekatan-pendekatan untuk membuat anak membangun masa depan yang kristiani tentu saja tidak terlepas dari bagiamana memperkenalkan dan menanamkan Injil sejak dini kepada anak-anak. Nilai-nilai kristiani seharusnya ditumbuhkan dalam jiwanya, sehingga pola hidup Yesus akan mewarnai bahkan tumbuh seiring dengan pertumbuhan fisik, pengetahuan, pengalaman dan bahkan perilaku. Dengan demikian pengenalan akan Kristus adalah pokok utama yang harus diterapkan kepada anak-anak sejak dini sehingga arah hidup dan kepribadiannya akan selalu berpola kepada Yesus Kristus.

 

2. Tema : “Yesus Idolaku”

            Menjadi seorang kristen, tentu tidaklah cukup jika hanya menjadi pribadi yang percaya tetapi tidak mengenal Kristus yang sesungguhnya, tentang bagaimana kepribadiannya dan pola hidup dan kepelayananNya. Hal ini penting oleh karena fenomena sosial yang berkembang sampai saat ini adalah, begitu mudahnya kalangan anak-anak maupun orang dewasa gereja yang justru dipengaruhi oleh pesona-pesona artis/tokoh yang memberi daya tarik kepada masyarakat sosial bahkan siap membayar mahal dan memberi apa saja demi sekedar berjumpa dan/atau berpenampilan mengikuti orang-orang yang diidolakannya. Kenyataan menunjukkan bahwa jauh lebih muda bagi anak-anak termasuk anak-anak gereja untuk tertarik dan menerima sosok modern yang mereka baca dan lihat secara langsung daripada cerita tentang Yesus yang hanya membawa mereka kepada mitos dan angan-angan masa lalu (cerita Israel dan Yahudi kuno). Karena itu, untuk mengidolakan Yesus sebagai sosok yang mengagumkan dan membanggakan dibutuhkan pendekatan dan pengenalan khusus untuk lebih menanamkan pribadi seorang Yesus yang memberi pesona batin terhadap semua anak-anak. Artinya, anak-anak segera di antar untuk mengetahui persis siapa sesunggunya Yesus untuk seterusnya diidolakan karena dianggap sebagai pribadi yang membanggakan dan mengagumkan melebihi siapapun.

 

3. Pokok Program

  1. Kurikulum dan Bahan Ajar

            Kita bersyukur bahwa kurikulum yang telah dimuat selama ini telah memberi dampak yang baik bagi perkembangan anak-anak sekolah minggu Gereja Toraja, oleh karena itu kita berharap agar pengembangan-pengembangan dari kurikulum tersebut tetap mengalami perubahan-perubahan yang diharapkan lebih menggambarkan ceritra-ceritra Alkitab yang sifatnya kronologi sambil memberi makna dan nilai dalam setiap alur ceritra yang disampaikan. Dalam arti bahwa diharapkan agar setiap anak dapat memahami secara sistematis mengenai karya penyelamatan Allah terhadap dunia melalaui para nabi dan sejumlah tokoh-tokoh dalam alkitab yang merupakan alat Allah untuk menyampaikan maksud dan penyelamatannya terhadap dunia. Dengan demikian setiap anak tidak lagi memahami alkitab episode per episode mengikuti tema yang sedang digumuli, tetapi pikiran anak akan diantar untuk mengenal lebih dalam mengenai proses penyelamatan Allah melalui para tokoh sampai kepada penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Itu berarti ajaran-ajaran moral yang lebih dominan dimuat dalam kurikulum selama ini sudah waktunya dialihkan kepada pengenalan dan pengetahuan terhadap tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah penyelamatan Allah (Alkitab). Karena itu, pendekatan Gerekan Cinta Alkitab (GCA) diharapkan menjadi prioritas utama dalam menanamkan dan mengembangkan pengetahuan anak.

 

  1. Bahan dan Media Pembelajaran

            Menterjemahkan firman Tuhan kedalam pikiran anak-anak sangat perlu memperhatikan kondisi ruangan dan lingkungan. Bahkan sangat diharapkan mengembangkan bahan ajar dan media pembelajaran melalui lingkungan, baik didalam maupun diluar gedung gereja. Hal ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman betapa kayanya Tuhan melalui keanekaan dan kesempurnaan ciptaan, mengikuti pola hidup dan pola pengajaran Yesus yang  dekat dan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, mengurangi kejenuhan dengan membawa anak-anak pada situasi yang variatif (tidak monoton), serta bagi jemaat yang berada jauh dari kota akan memungkinkan menggunakan sumber belajar yang murah dan mudah diperoleh, walaupun membutuhkan sedikit imaginasi dan kreativitas dari pelayan setempat.

 

  1. Pengelompokan Anak

            Pengelompokan anak yang dikenal dalam kategori anak indria, anak kecil, anak besar dan anak remaja adalah pengelompokan yang telah ditanamkan dalam Gereja Toraja sampai saat ini. Tentu saja pengelompokan seperti ini telah memberi kesempatan bagi anak untuk setiap kesempatan menerima bahan ajar  dan cara ajar yang berbeda. Dalam keadaan seperti itu, harus dipahami bahwa pembagian dan pengelompokan anak sebaiknya tidak sekedar dikelompokkan melainkan substansi dari pengelompokan itu hendaknya mengarah kepada ditanamkannya bahan ajar sesuai kemampuan anak menyerap dan memaknai menurut jenjang masing-masing kelompok sehingga setelah tiba waktunya perlu  dilakukan “Wisuda Kecil” untuk menjelaskan bahwa setiap masa pembelajaran anak telah selesai pada masanya untuk selanjutnya dibimbing kepada tingkat berikutnya. Untuk maksud tersebut dibutuhkan perangkat evaluasi yang efektif menilai kemampuan anak menyerap materi. 

 

  1. Teacher and Teaching

            Persoalan umum yang terjadi dalam lingkungan Gereja Toraja adalah, kurangnya sumber daya yang siap memberi diri untuk secara penuh menjadi pelayan sekolah minggu terutama di wilayah pelayanan pedesaan. Mobilitas masyarakat karena kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi, turut berkontribusi terhadap kelangkaan ketersediaan pelayan sekolah minggu. Kalaupun tersedia SDM, dibutuhkan pembinaan dan pelatihan yang sistematis dan terencana agar mampu menjadi pelayan yang berfungsi sebagai mentor, fasilitator, narasumber, motivator dan bahkan sumber belajar (menjadi teladan hidup). Untuk dunia modern dimana anak-anak membutuhkan suasana belajar yang variatif dan menyenangkan, sudah waktunya mengembangkan pembelajaran aktif (active learning) yang melibatkan peserta sebagai narasumber  aktif. Untuk itu maka kedepan, pelayan tidak hanya perlu menguasai alur cerita alkitab yang akan disampaikan tetapi dituntut untuk menguasai metodologi bercerita yang menarik. Pembelajaran aktif yang menggunakan pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Interaktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) sudah waktunya dikuasai oleh pelayan sekolah minggu.

 

  1. Organisasi

          Sekolah Minggu adalah organisasi yang murni pelayanan (bukan profit, bukan pula organisasi kader). Keterpanggilan mengambil peran dalam organisasi ini hendaknya dipandang sebagai kesediaan memberi diri untuk melakukan pelayanan khususnya kepada anak. Untuk itu maka perangkat organisasi hendaknya membangun system yang mampu mengakomodir kebutuhan pelayanan dimana aspek spiritual menjadi dominan. Perangkat organisasi seharusnya mampu menggerakkan organisasi yang efektif, dinamis tetapi akomodatif. Struktur organisasi hendaknya mencerminkan aktivitas organisasi, sehingga porsi terbesar berada pada pelayanan, pembinaan, dan adaptasi pada lingkungan (fisik maupun sosial), sementara pembiayaan hendaknya ditempatkan sebagai aktivitas pendukung. Dalam kaitan dengan itu maka pendekatan jambore seharusnya dipertahankan dalam rangka aktualisasi iman, membangun komunikasi efektif dan membangun kecintaan terhadap lingkungan dengan semangat KPKC (Keadilan, Persekutuan dan Keutuhan Ciptaan).

 

  1. Sarana dan Pendanaan

            Faktor yang juga perlu mendapat perhatian adalah tersedianya sarana dan pendanaan untuk mendukung lancarnya aktivitas utama organisasi (pembinaan dan pelayanan). Pengadaan sarana hendaknya diarahkan untuk membangun komunikasi efektif dari dan untuk jemaat, kelancaran penyelenggaraan administrasi dengan memberi porsi yang lebih besar pada sarana pembelajaran. Sementara untuk pendanaan perlu merumuskan upaya pendanaan yang membuka kesempatan kepada warga jemaat untuk berpartisipasi (partisipatif) sesuai dengan kemampuan masing-masing (proporsional), dengan tetap memberi peluang kepada sumber-sumber yang tidak mengikat.  Pengelolaan keuangan hendaknya mengikuti prinsip-prinsip transparansi, akuntabel, hemat, tidak mewah, efisien, terarah dan terkendali.

 

Perlu ditekankan bahwa Visi, Tema dan Pokok Program ini hendaknya menjadi pergumulan disetiap Klasis untuk diperkaya melalui masukan dan usulan-usulan kritis. Masukan/usulan hendaknya merupakan solusi masalah berupa rumusan yang konkrit dalam rangka melengkapi atau menjelaskan lebih dalam mengenai visi, tema dan pokok program yang ditawarkan panitia pengarah. Atas kerjasama yang baik diucapkan terimakasih. Tuhan Yesus memberkati


Usul dan Saran untuk Pokok-pokok Program SMGT 2014-2019

No comments found.