JAMBORE III SMGT 2012

Sudah menjadi slogan umum bahwa generasi muda adalah generasi masa kini dan masa depan bangsa. Wajah sebuah bangsa di masa depan sesungguhnya sudah terlihat dalam wajah generasi muda saat ini. Bangsa yang memiliki generasi muda yang dinamis dan kreatif memiliki masa depan yang cerah. Maka setiap bangsa yang memnginginkan masa depan yang cerah akan berupaya sungguh-sungguh untuk memberdayakan generasi mudanya untuk memiliki kreatifitas dan dinamika yang positif.


Sejarah bangsa Indonesia mencatat betapa besarnya peran generasi muda sejak masa perjuangan kemerdekaan. Detik-detik yang menentukan dalam sejarah proklamasi kemerdekaan juga tak lepas dari peran dan inisiatif pemuda, ditandai dengan desakan sejumlah pemuda dan mahasiwa yang menculik Soekarno dan Hatta untuk menyampaikan maklumat proklamasi. Sesudah kemerdekaan, generasi muda juga memegang peran yang besar dalam mengawal proses pembangunan. Kita mengenal Angkatan 66 ketika para pemuda dan mahasiwa mengadakan koreksi terhadap Orde Lama yang kemudian memunculkan Orde Baru. Koreksi terhadap otoritarianisme yang dipraktekkan selama Orde Baru juga melahirkan reformasi 98 yang dimotori pula oleh pemuda dan mahasiswa. Sejarah pergerakan ekumene juga mencatat peran besar pemuda. Konperensi Pemuda Gereja Internasional  di Edinburg menjadi cikal bakal lahirnya Dewan Gereja Dunia pada tahun 1948. Lahirnya Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) pada tahun 1950 dibidani juga oleh para mantan aktivis pelayanan pemuda gereja dan GMKI, yang banyak mengadakan pertemuan-pertemuan ekumene sebelum dan sesudah Indonesia merdeka.  Pun, kekristenan di Toraja sedang menapak sebuah momentum strategis 100 Tahun Injil Masuk Toraja. Sejarah ini juga bermula dari baptisan pertama terhadap 20 orang pemuda di Makale pada tanggal 16 Maret 1913, yang tidak lain adalah buah bungaran (buah yang pertama) bagi Gereja Toraja.  Gereja Toraja menyadari peran vital generasi muda dalam sejarah perkembangan Gereja Toraja sampai dengan hari ini.
Kini kita berada di zaman yang terus berubah dengan globalisasi yang membawa efek posisif dan negatif, ibarat pisau bermata dua. Disatu sisi, globalisasi membawa banyak kemudahan dan memacu kemajuan di berbagai bidang khususnya informasi dan teknologi. Namun pada sisi yang lain sisi negatif tak dapat dihindarkan, tak terkecuali bagi pemuda. Kehidupan yang serba muda dan instan telah melahirkan pragmatisme, individualisme, konsumerisme sampai hedonisme. Proses menjadi kader juga mengalami instanisasi yang menyebabkan banyak generasi muda tidak lagi memberi apresiasi pada perjalanan sejarah bangsa. Kebiasaan instan telah melahirkan budaya baru yang berorientasi hasil dan mengabaikan proses. Hal ini berdampak pada menurunnya “sense of belonging” terhadap persekutuan, terhadap cita-cita dan sejarah perjuangan bangsa, termasuk terhadap cita-cita dan harapan-harapan gereja di masa depan. Makin banyak generasi muda yang abai terhadap prosesi sejarah yang sungguh bernilai ini.


Pada saat bersamaan, tantangan yang lebih berat muncul. Pemanasan global (global warming), sebagai akibat dari rusaknya ekosistem bumi kini menjadi ancaman serius bagi kehidupan di planet bumi. Laju kerusakan lingkungan akibat meningkatnya permintaan terhadap konsumsi barang dan jasa semakin mengkwatirkan. Generasi kita menerima warisan bumi yang sungguh amat baik (Kej 1:31) ini, karena hidup dalam keseimbangan ekosistem yang memungkinkan semua makhluk hidup dapat hidup diatasnya. Namun menyedihkan ketika kita akan mewariskan bumi yang sama kepada generasi selanjutnya dalam keadaan rusak dan tidak teratur. Sudah saatnya generasi muda mengambil peran aktif dalam usaha-usaha produktif memelihara lingkungan hidup.
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka menjadi tugas gereja untuk mengedukasi generasi mudanya agar menjadi warga gereja sekaligus warga negara yang sadar dan bertanggung jawab terhadap tugas panggilan serta tanggung jawabnya dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Gereja Toraja melalui Sekolah Minggu akan terus berusaha untuk mengambil peran terdepan untuk membina, mengedukasi dan memberdayakan generasi muda menjadi generasi yang tangguh, dinamis dan kreatif sebagai bentuk sumbangsih nyata gereja bagi pembangunan bangsa. Salah satu dari usaha-usaha strategis itu adalah Jambore Sekolah Minggu. Melalui Jambore Sekolah Minggu, Gereja Toraja melakukan pembinaan rohani anak-anak, sebagai dasar dari terbentuknya generasi yang beriman tangguh dan berintegritas tinggi.

DASAR PELAKSANAAN
1.    Keputusan Persidangan VIII SMGT Nomor 11/KEP/P.VIII/KARGT/II/2008, Tahun 2008 di Balikpapan, Pasal 7 tentang Jambore.
2.    Program Induk PP.SMGT Tahun 2012
3.    Keputusan Persidangan VIII SMGT, tahun 2008
4.     Keputusan Rapat Kerja SMGT tahun 2010
5.    Surat Keputusan PP.SMGT Nomor 02/SK/PP.SMGT/IX/2011 tentang Penetapan Panitia Jambore III Sekolah Minggu Gereja Toraja.
6.    Keputusan Rapat Kerja Panitia Pelaksana